DONGENG ASALAN : TITAH SULTAN SUSINO AMBANG ANCURONO
Pemandangan yang kaya akan seni, hidup teratur dan rapi, mentari tetap bersinar mengisi hari, jiwa kosong sulit dicari. Terkisah sebuah kerajaan nun jauh dari pelopak mata *tak nampak artinya* yang amat lah makmur sentosa negrinya. Hiruk-pikuk rakyatnya dalam memompa hidup terasa bermakna. Rakyat setia raja pun wibawa. Tersebutlah seorang raja, sebutlah namanya sultan Susino Ambang Ancurono. Bijaksana orangnya, ramah tataannya, luhur budinya, lembut sifatnya, serta tegas putusannya. Sungguh sosok pemimpin idaman kala itu. Terkisah kala itu sang Sultan Ancurono mengumpulkan para pembesar kerajaan untuk berkumpul bercurah pendapat benak sang sultan.
"Beta mengumpulkan tuan budiman bermaksud agar nyaman beta punya pikiran" ujar sultan penuh wibawa. Seisi ruangan hilang lenyap sunyi tanpa ada suara tinggi atau pun rendah sekali, menjunjung tinggi apa yang di titahkan sang penguasa negeri. "entahlah mengapa? terasa janggal jiwa beta, jika hal dalam hati beta tidaklah terlaksana. entah mengapa ? terasa sulit nafas beta terhela jika tak di keluarkan fikiran di kepala" ucap sultan. Hanya pandangan yang berani terlontar daripada sang penghuni ruangan dalam menunggu titah sang sultan."Beta ingin memberi titah pada tuan patih hulubalang budiman bertiga!" para hulubalang pun menjawab dengan serentak, ntahlah mengapa, mungkin karena tersentak atau pun patuh terhadap siapa yang punya kehendak "siap tuanku, titah tuan akan kami laksanakan". senyuman ramah sang Sultan membuat nyaman hati hulubalang untuk terjalankan. Seorang atasan yang menjadi panutan semua insan kerajaan, dan tetaplah ia harus diberi rasa segan. "Beta hanyalah ingin memberi perintah pada tuan, boleh kiranya tuan berkenan, kumpulkanlah buah-buahan yang bisa tuan kumpulkan" ucap sultan pula seraya sang pelayan memberikan masing-masing hulubalang 1 buah karung kosong agar terisi buah-buahan yang diperintahkan. "laksanakan tuan" ujar para hulubalang pula menyahuti apa yang di perintahkan sultannya.
Kepala boleh lah sama hitam *karna rambut, jikalau botak yaaa pikir ndiri* badan bolehlah sama sempurna. Namun apapun yang ada dalam pemikiran tetap akan berbeda, meskipun kembar adanya.
tidaklah mengerti hati sang hulubalang pertama akan titah tuannya yang akan dilaksanakannya. Dengan hati agak kesal *mungkin lagi galau* sang hulubalang menggerutu dengan apa yang dikerjakannya "ahh, ada-ada saja raja ini! bukankah di kerajaan tidak kekurangan apapun. kok gue *jakarta punye* yang harus di suruh ngumpulin buah-buahan! kan ada pelayan" gumamnya sambil mengumpulkan apapun yang ia lihat di hadapannya, baik itu ranting, rumput-rumputan dan lain-lain. "tohh, tidaklah mungkin raja ingin memakan buah dari ku, sedangkan yang ia punya jauh lebih dari cukup".
Lumrahnya manusia, yang akan berpikir tentang apa yang sedang ia lakukan. hulubalang kedua pun melakukan apa yang di perintahkan raja "raja yang satu ne ade-ade saje maunye *orang melayu ncek* di suruh pule saye yang mengumpulkan buah-buah ni, kan kebun istane cukup pule untuk die" ujarnya. terkesan seperti apa adanya dengan penuh keyakinannya. "hahahaha, tak kan lah nya saye di perikse, buah-buah istane jauh lah lebih molek bentuknye" ucapnya pula. seraya mengumpulkan buah-buahan yang seadanya, ada yang busuk, ada yang berulat ada yang muda pula, sang hulubalang dua mengumpulkan dengan penuh yakinnya akan apa yang ia lakukan.
berbeda dengan hulubalang ketiga "ini amanah tuanku, apapun itu sebagai seorang bawahan aku haruslah menjalankannya" karena pemikiran itu, sang hulubalang ketiga mengumpulkan buah-buahan terbaik yang ia kumpulkan, sampai pada akhirnya penuhlah karung yang di berikan sang raja.
Setelah hari yang di tetapkan semula tiba, maka raja mengumpulkan semua pengisi istana dengan segenap jamuannya. tanpa banyak berkata setelah semua berkumpul sang raja bertitah pada sang patih "patih! masukannlah ketiga hulubalang ini kedalam penjara selama 3 pekan, tak perlulah engkau memberi mereka makan! sebab mereka telah mengumpulkan perbekalan mereka masing-masing. bak petir di musim semi, hulubalang pertama dan kedua tak mengerti apa yang di perintahkan sang raja. Dan sungguh sang hulubalang ketiga lah yang berbahagia. karena cukup perbekalannya dengan segenap buah-buahan yang bagus, sedangkan hulubalang pertama dan kedua mendapatkan hasil apa yang ia kerjakan pula.
apapun yang sebenarnya anda fikirkan cobalah renungi apa yang anda kerjakan, mungkin di atas hanyalah sebuah tulisan yang tidak tahu apakah berkenan, namun *bagi penulis* amatlah berkesan. Terlalu banyak perjalanan hidup yang penuh liku pertanyaan, tantangan, yang seakan butuh jawaban dan harus kita kerjakan. KETIKA KITA BERBUAT UNTUK ORANG LAIN, DISAAT ITULAH KITA BERBUAT UNTUK DIRI KITA SENDIRI.
kebenaran datangnya dari Allah, dan kesalahan datangnya dari penulis sendiri. semoga ada manfaatnya :) wassalam penulis.
Comments
Post a Comment