MAKNA CINTA DALAM ISLAM
alhamdulillah, syukur akan Allah, shalawat salam pada Rasulullah, bersyukur itu menghindarkan kita dari sifat Kias. kias merupakan sifat membanding-bandingkan. mahluk pertama yang bersifat kias adalah iblis. semoga kita selalu dalam lingungan Allah.amin.
manusia yang hanyalah sementara tinggal di dunia ini di berikan nikmat yang takkan pernah terhitung jumlahnya. Dalam setiap aspek kehidupan selalu diberi nikmat, namun rasa kurang bersyukur manusia membuat manusia itu sendiri buta akan rasa syukur, menyombongkan apa yang dimiliki dengan segenap yang ia miliki, mengeluh dan semua hal sifat yang membuatnya terkesan terlalu mudah terkalahkan oleh dunia. salah satu hal yang peka pada manusia saat ini adalah mengenai "CINTA". Dari sekian banyak nikmat yang paling indah diberikan salah satunya adalah cinta, hidup tanpa cinta hidup tak akan menjadi indah. sekarang bagaimana penempatan cinta itu sendiri, bila tepat ia akan indah, namun bila salah maka akan susah. Cinta merupakan salah satu perasaan yang ada pada diri manusia, dimana perasaan ini sangat peka, meskipun hanya sekedar rasa, cinta terlalu berperan penting dalam kehidupan seorang manusia dalam menjalani hidup, ada suatu ungkapan yang sangat menarik "Boleh Mencintai mahluk, asalkan jangan pernah melebihi Cinta kita kepada Sang Pemilik Mahluk" ungkapan sederhana namun artinya sangat luar biasa, dan sangat jarang sekali di jalankan/diamalkan, karena memang pada hakikatnya manusia itu lupa dan khilaf. namun juga, tidak mungkin kita ingin selalu dalam keadaan khilaf dan lupa. nah bagaimana hakikat cinta menurut Al-Qur'an?
Kata cinta dalam Al Qur’an disebut Hubb (mahabbah) dan Wudda (mawaddah),
keduanya memiliki arti yang sama yaitu menyukai, senang, menyayangi.
Sebagaimana dalam QS Ali Imron : 14 “Dijadikan indah dalam pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (syurga).” Dalam ayat ini Hubb adalah suatu naluri yang dimiliki setiap manusia tanpa kecuali baik manusia beriman maupun manusia durjana.
Adapun Wudda dalam QS Maryam : 96 “ Sesungguhnya orang-orang beriman dan beramal sholeh, kelak Allah yang maha pemurah akan menanamkan dalam hati mereka kasih sayang ” jadi Wudda (kasih sayang) diberikan Allah sebagai hadiah atas keimanan, amal sholeh manusia. Dipertegas lagi dalam QS Ar Rum : 21 “ Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah ia menciptakan untukmu dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” Dalam ayat inipun Allah menggambarkan ‘cenderung dan tentram’ yang dapat diraih dengan pernikahan oleh masing-masing pasangan akan diberi hadiah (ja’ala) kasih sayang dan rahmat.
Dalam fil gharibil Qur’an dijelaskan bahwa hubb sebuah cinta yang meluap-luap, bergejolak. Sedangkan Wudda adalah cinta yang berupa angan-angan dan tidak akan terraih oleh manusia kecuali Allah menghendakinya, hanya Allah yang akan memberi cinta Nya kepada hamba yang dkehendakiNya. Allah yang akan mempersatukan hati mereka.
Walaupun kamu belanjakan seluruh kekayaan yang ada di bumi, niscaya kamu tidak akan mendapatkan kebahagiaan cinta jika Allah tidak menghendakiNya. Oleh karena itu terraihnya cinta—wudda pada satu pasangan itu karena kualitas keimanan ruhani pasangan tersebut. Semakin ia mendekatkan diri kepada sang Maha Pemilik Cinta maka akan semakin besarlah wudda yang Allah berikan pada pasangan tersebut.
Cinta inilah yang tidak akan luntur sampai di hari akhir nanti sekalipun maut memisahkannya, cinta yang atas nama Allah, mencintai sesuatu atau seseorang demi dan untuk Allah.
Sebagaimana dalam QS Ali Imron : 14 “Dijadikan indah dalam pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (syurga).” Dalam ayat ini Hubb adalah suatu naluri yang dimiliki setiap manusia tanpa kecuali baik manusia beriman maupun manusia durjana.
Adapun Wudda dalam QS Maryam : 96 “ Sesungguhnya orang-orang beriman dan beramal sholeh, kelak Allah yang maha pemurah akan menanamkan dalam hati mereka kasih sayang ” jadi Wudda (kasih sayang) diberikan Allah sebagai hadiah atas keimanan, amal sholeh manusia. Dipertegas lagi dalam QS Ar Rum : 21 “ Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah ia menciptakan untukmu dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” Dalam ayat inipun Allah menggambarkan ‘cenderung dan tentram’ yang dapat diraih dengan pernikahan oleh masing-masing pasangan akan diberi hadiah (ja’ala) kasih sayang dan rahmat.
Dalam fil gharibil Qur’an dijelaskan bahwa hubb sebuah cinta yang meluap-luap, bergejolak. Sedangkan Wudda adalah cinta yang berupa angan-angan dan tidak akan terraih oleh manusia kecuali Allah menghendakinya, hanya Allah yang akan memberi cinta Nya kepada hamba yang dkehendakiNya. Allah yang akan mempersatukan hati mereka.
Walaupun kamu belanjakan seluruh kekayaan yang ada di bumi, niscaya kamu tidak akan mendapatkan kebahagiaan cinta jika Allah tidak menghendakiNya. Oleh karena itu terraihnya cinta—wudda pada satu pasangan itu karena kualitas keimanan ruhani pasangan tersebut. Semakin ia mendekatkan diri kepada sang Maha Pemilik Cinta maka akan semakin besarlah wudda yang Allah berikan pada pasangan tersebut.
Cinta inilah yang tidak akan luntur sampai di hari akhir nanti sekalipun maut memisahkannya, cinta yang atas nama Allah, mencintai sesuatu atau seseorang demi dan untuk Allah.
زُيِّنَ
لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ
وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ
الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ [٣:١٤
Ada beberapa hikmah yang dapat kita petik dari ayat di atas, di antaranya:
1. Fitrah Manusia
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini”Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna. Dengan kesempurnaan itu Allah menghadirkan rasa cinta sebagai fitrah manusia. Dengan adanya rasa cinta tersebut, manusia dapat memandang segala sesuatu menjadi indah. Secara maknawi pada kalimat pertama di dalam Surat Ali-Imran (3) ayat 14, Allah SWT menerangkan kepada kita bahwa Allah telah memberi rasa cinta kepada manusia sehingga manusia cenderung memandang segala sesuatu menjadi terasa indah.
2. Cobaan Di Dunia
مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ
الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ
وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ
“Yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia”Pada kalimat kedua Surat Ali-Imran (3) ayat 14 Allah menyebutkan beberapa cobaan manusia di dunia. Cobaan yang pertama disebutkan Allah SWT dalam ayat tersebut adalah wanita, hal itu mengandung makna bahwa wanita (lawan jenis) merupakan cobaan terbesar kita di dunia. Hal ini bisa kita lihat dalam sebuah hadits shahih yang artinya:
Dari Usamah bin Zaid, ia berkata,
“Rasulullah SAW bersabda, ‘Tidaklah aku tinggalkan setelah kematianku
kelak sebuah fitnah kekacauan yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki
dari pada fitnah (yang disebabkan) wanita.” Shahih: Ash-Shahihah (2701).
Muttafaq ‘Alaih.
3. Allah, Sebaik-Baik Tempat Kembali
وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
” dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”Di penutup ayat tersebut Allah SWT mengakhirinya dengan memberitahu kita semua bahwa tempat kembali yang paling baik adalah di surga. Di dalam tafsir Ibnu Katsir, Ibnu Jarir meriwayatkan dari Umar bin Khatthab, setelah turun ayat “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini”, Umar berkata: “Ya Tuhanku, sungguh keindahannya bagi kami.” Kemudian diturunkanlah ayat: “Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?”. Untuk orang-orang yang bertaqwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya”
Jenis-Jenis Cinta Menurut Al Qur'an
Menurut hadis Nabi, orang yang sedang
jatuh cinta cenderung selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man
ahabba syai’an katsura dzikruhu), kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh
cintanya (man ahabba syai’an fa huwa `abduhu). Kata Nabi juga, ciri dari cinta
sejati ada tiga :
(1) lebih suka berbicara dengan yang
dicintai dibanding dengan yang lain,
(2) lebih suka berkumpul dengan yang
dicintai dibanding dengan yang lain, dan
(3) lebih suka mengikuti kemauan yang
dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri.
Bagi orang yang telah jatuh cinta
kepada Alloh SWT, maka ia lebih suka berbicara dengan Alloh SWT, dengan membaca
firman Nya, lebih suka bercengkerama dengan Alloh SWT dalam I`tikaf, dan lebih
suka mengikuti perintah Alloh SWT daripada perintah yang lain.
Dalam Qur’an cinta memiliki 8
pengertian berikut ini penjelasannya:
1. Cinta mawaddah
adalah jenis cinta mengebu-gebu,
membara dan “nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu
berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin
memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.
2. Cinta rahmah
adalah jenis cinta yang penuh
kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki
cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding
terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih
meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumikekurangan kekasihnya
dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah adalah
cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap
anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al
arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang
secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari
kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis
kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya diantara
orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber
silaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang. Suami
isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling
setia lahir batin-dunia akhirat.
3. Cinta mail,
adalah jenis cinta yang untuk sementara
sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain
cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur’an disebut
dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda
(an tamilu kulla al mail), cenderungmengabaikan kepada yang lama.
4. Cinta syaghaf.
Adalah cinta yang sangat mendalam,
alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad
syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak
menyadari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghaf ketika
mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada
bujangnya, Yusuf.
5. Cinta ra’fah,
yaitu rasa kasih yang dalam hingga
mengalahkan norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak
tega membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an menyebut
term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang
tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2).
6. Cinta shobwah,
yaitu cinta buta, cinta yang mendorong
perilaku penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut term ni ketika
mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaiha yang
setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama
kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni
kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al jahilin (Q/12:33)
7. Cinta syauq (rindu).
Term ini bukan dari al Qur’an tetapi
dari hadis yang menafsirkan al Qur’an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan
bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat
kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur dari hadis riwayat Ahmad;
wa as’aluka ladzzata an nadzori ilawajhika wa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon
dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk
berjumpa dengan Mu. Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al
Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada
sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya
berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa il tihab naruha fi
qalb al muhibbi
8. Cinta kulfah..
yakni perasaan cinta yang disertai
kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positip meski sulit, seperti orang tua
yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu.
Jenis cinta ini disebut al Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani
seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la yukallifullah nafsan illa
wus`aha (Q/2:286)
"RUANG SEBENARNYA CINTA
ADALAH MELALUI PINTU NIKAH"
sumber:
http://www.mencintaisederhana.com/2012/03/cinta-dalam-al-quran.html
Comments
Post a Comment