PERISTIWA PEMBAKARAN HOTEL MOUNTBATTEN (HOTEL MERDEKA) PEKANBARU
Setelah jepang menyerah kalah kepada sekutu, maka di Pekanbaru
datanglah militer-militer Inggris mewakili Sekutu dengan tujuan melucuti
senjata jepang dan mengembalikan mereka ke tanah airnya. Pasukan inggris
dipimpin oleh mayor Langley menduduki syonato hotel dan di jadikan markas
sekutu dengan merubah nama hotel tersebut menjadi “Mountbatten Hotel”.
Melihat perubahan ini massa mulai marah, ditambah pula semangat
pemuda waktu itu mulai menyala, setelah tanggal 10 november malam mendengar
berita bahwa hotel Oranye di serbu rakyat Surabaya, dalam waktu singkat siang
hari tanggal 12 Nopember1945 itu diseluruh massa sudah berada di halaman markas
BKR/PRI masing-masing telah siap sedia dengan senjata apa saja minta komando
pada Hasan Basri untuk menggempur hotel mountbatten.
Dari markas pemuda dan rakyat di gedung sihangakko atas komando
hasan basri, pada tanggal 18 nopember 1945/ 6 oktober 1945 Hotel mountbatten
telah di kepung oleh kurang lebih seribu orang pemuda dan rakyat yang
bersenjata tombak, bamboo runcing, parang, pentungan dan sebagainya. Secara
naluriah para pemuda dari pelosok-pelosok kota Pekanbaru, mengetahui adanya
penyerbuan itu secara berbondong-bongdong menyusul kawan-kawanya yang telah
menyerbu terlebih dahulu.
Diluar pekarangan di jalan raya serdadu belanda dengan senjata
lengkap telah mondar-mandir, di iringi oleh serdadu-serdadu jepang dari jarak
jauh, untuk menakut-nakuti pasukan Indonesia.
Dengan meluapnya massa memenuhi jalan raya menyebabkan kendaraan
belanda dan jepang yang lalu-lalang pun tidak melintas lagi, hilang dari
pandangan. Adanya rasa takut dari tentara jepang maupun belanda dengan keadaan
yang tidak stabil saat itu di pekanbaru, hal ini di akibatkan karena semangat
pemuda saat itu sangat menyala.
Sementara itu Residen malik menelepon Hasan Basri untuk
menyelesaikan masalah bendera belanda
yang berkibar di atas hotel tersebut, utusan kempetai jepang dating menemui penulis
meminta supaya massa di bubarkan.
Setelah meredakan massa dan memberikan petunjuk agar massa
mengambil posisi berpencar dan siap tempur dan memanggil dan menunjuk komandan
pasukan: Tugimin di jalan tengah sasaran hotel mountbatten dan sarjono di jalur
kiri – jalur belakang hotel muontbatten pasukan wiyono dan lain-lain, hasan
basri sebagai komando utama berangkat menuju rumah raden Yusuf Surya atmaja
untuk melaporkan situasi seterusnya bersama –sama raden yusuf dengan menaiki
mobil pick up Chevrolet kempetai (polisi militer jepang) disertai saiman jamian
selaku penerjemah berangkatlah mereka ke markas pertahanan jepang (sekarang
gedung kejaksaan pekanbaru). Sedangkan di markas Himron saheman bersiap-siap
berjaga untuk mempertahankannya.
Perundingan antara komandan hasan basri, raden yusuf, toha hanafi
dan saiman jamian sebagai penerjemah dengan utusan dari sekutu yang di wakili
oleh mayor lankley. Dalam Tanya jawab Lankley menyatakan bajwa dalam tempo 2
minggu yang berakhir pada tanggal 26 nopember 1945 seluruh pasukan belanda akan
di ungsikan ke Padang, untuk menjaga keamanan sepeninggalan pasukan belanda
akan diserahkan jepang kembali sampai pada ketentuan lain.
Selesai perundingan mereka (perwakilan Indonesia) pulang kembali
melewati Batu I, massa yang tidak terkendali kala itu langsung menyerbu
memanjat hotel mountbatten, preman pasar yang naik ke teras menurunkan bendera
Belanda, (bendera inggris tidak diganggu) merobekkan yang biru dan menaikkan
kembali, “Merah Putih”-nya, tugimin dan beberapa perwira BKR menyaksikan
keberanian preman-preman ini, sorak sorai pekik merdeka pun kedengaran dengan
kerasnya. Pada kala itu pasukan jepang yang berjaga di hotel mountbatten tidak
dapat berbuat apa-apa melihat kejadian itu, ketakutan para tentara yang menjaga
hotel terlihat dari tidak bergemingnya mereka saat penurunan bendera belanda
dan menyobeknya oleh orang Indonesia.
Rupanya Belanda dan Inggris telah terlebih dahulu, di ungsikan
oleh jepang ke kamp. Tangkerang, sebelum terjadi penyerbuan tersebut, sehingga yang
di dapati ruangan kosong dan makanan kaleng saja, serta beberapa orang belanda
pria dan wanita yang bergegas turun dari hotel. Dan juga menurut sumber lain
saat penggeledahan hotel mountbatten pasukan Indonesia yang terdiri dari
pemuda, preman pasar, dan bias dikatakan masyarakat juga menemukan beberapa
pucuk senapan mesin dan beberapa pucuk senjata ringan lainnya. Sementara itu
pasukan jepang tidak bias berbuat apa-apa, mereka hanya berjaga-jaga agar massa
tidak melintasi tentara jepang yang bermarkas di sekitar gereja di jalan ahmad
yani sekarang.
Setelah selesai menyerang hotel mountbatten, massa tidak puas
dengan keadaan, massa kembali ingin menyerbu kamp. Belanda yang ada di
tangkerang, belum sempat mereka sampai mereka di cegat oleh R. Yusuf Suryaatmadja,
yang memerintahkan agar massa tidak
melanjutkan penyerbuan itu dikarenakan takutnya akan jatuh korban dipihak
sendiri. Akhirnya para massa pulang ke markas masing-masing.
Setelah itu ada lagi penyerbuan pemuda terhadap kamp. Belanda di
Km 3 Tangkerang dan berhasi melukai beberapa orang belanda (muchtar
lutfi,Eds.,1977:500-501), sementara pada sumber lain mengatakan bahwa sewaktu
ketua KNI Raden Yusuf melaporkan peristiwa perundingan pada rakyat,
pemuda-pemuda extremis tidak dapat menerimanya, malahan bertekad menyerbu kamp.
Belanda di tangkerang (Km 4) juga, Raden Yusuf melanjutkan jika ada yang tidak
patuh pada perundingan yang telah di capai (sambil membuka kemeja) beliau
menyatakan tembaklah saya sekarang, karena ucapan tersebut suasana jadi hening
dan masing-masing tahu diri, disini lah terciptanya untuk pertama kali,
kemanunggalan ABRI dan rakyat Riau
Setelah semua berkumpul di Hotel Mountbatten, hasan basri dan
raden yusuf menyampaikan hasil perundingan dengan pihak inggris, bahwa mereka
akan mengungsikan belanda ke padang dalam tempo 2 minggu. Tanggal 26 November
1945 hari terakhir pemberangkatannya. Dan pada sumber lain di sebutkan waktunya
adalah hari. Mengenai untuk pemberangkatan tentara jepang di serahkan kepada
pemerintah RI Riau, sejak saat itu hotel Mountbatten diganti nama menjadi hotel
Merdeka.
Setelah peristiwa tersebut tentara belanda dan sekutu meninggalkan
pekabaru menuju padang. Waktu agresi belanda II tanggal 21 Desember 1948 Hotel
Merdeka, jam 10.00 wib dibakar oleh pihak Indonesia supaya jangan di gunakan
kembali oleh belanda (wawancara H. Raja Roesli di Pekanbaru).
Daftar pustaka :
Yusuf, Ahmad,dkk.2004.Sejarah
Perjuangan Rakyat Riau 1942-1958.Pekanbaru: Badan Kesejahteraan Sosial
Provinsi Riau atas kerjasama MSI Cabang Riau, LVRI/DHD ’45, dan LAMR
Basri, Hasan.1985.Cacatan
Seorang Pejuang Menegakkan Merah Putih di Daerah Riau – menyambut 40 Tahun
Indonesia Merdeka.Pekanbaru: Yayasan Penerbit Masyarakat Sejarawan
Indonesia Daerah Tingkat I Provinsi Riau
Comments
Post a Comment